Reporter :
Fikri Faqih | Selasa, 2 Juni 2015 09:26
Merdeka.com - Masyarakat mengenal istilah proyek abadi jalur pantura. Proyek yang seolah tak pernah selesai dan tiap tahun, saat menjelang musim mudik, selalu diperbaiki.
Serupa dengan proyek abadi jalur pantura, pemerintah juga punya masalah abadi yang selalu datang menghantui setiap jelang Ramadan dan Idul Fitri. Apalagi kalau bukan soal stok bahan pangan dan kenaikan harga.
Tiap tahun masyarakat harus merogoh kantong lebih dalam untuk berbelanja kebutuhan saat puasa dan Lebaran. Lonjakan harga saat Ramadan dan Idul Fitri selalu menghantui pemerintah. Setiap tahun, polemik mengenai ketersediaan bahan pangan jelang lebaran selalu muncul ke permukaan. Di saat bersamaan, Badan Urusan Logistik (Bulog) rajin menenangkan hati rakyat dengan pernyataan stok bahan pangan mencukupi.
Namun sesungguhnya masyarakat tidak sepenuhnya percaya lantaran tidak sesuai kenyataan. Harga-harga selalu naik jelang puasa dan Lebaran lantaran stok bahan pangan tak ada di pasaran. Anggota DPD RI Ahmad Jajuli melihat, pemerintah justru membuat masyarakat resah karena tidak bisa menjamin ketersediaan bahan pangan.
"Sebenarnya masyarakat tidak akan merasa resah ketika memang menemukan stok pangan atau sembako itu ada. Dalam hal ini negara harus menyediakan persediaan pangan itu memang harus ada jaminan," tegas Ahmad Jajuli dalam diskusi 'Pangan Kita' yang digelar RRI, Merdeka.com, IJTI, IKN dan DPD RI di restoran Bumbu Desa,
Jakarta Pusat, Senin (1/6).
Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan pemerintah untuk mengamankan harga sejumlah komoditas pokok masyarakat saat puasa dan lebaran jika ingin mengendalikan inflasi bulan tersebut di bawah 1 persen.
Tidak hanya beras, pemerintah juga punya tanggung jawab mengendalikan komoditas pangan lainnya. Seperti telur, tepung terigu dan cabai yang tak kalah penting dari beras. Caranya dengan menjaga pasokan bahan pokok tetap tersedia di pasar. Ini penting untuk meredam melonjaknya harga.
"Yang dikhawatirkan itu bahan pokok seperti beras, minyak goreng, ayam serta bumbu-bumbuan. Karena selain punya andil dan bobot yang besar, suplainya pun sulit," ucapnya.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Srie Agustina mengatakan, kebutuhan beras saat Ramadan diperkirakan mencapai 8,1 juta ton. Kebutuhan ini bakal dicukupi dari hasil panen pertengahan tahun ini.
Walaupun stok bahan pangan dipastikan aman, Srie mengaku tidak bisa mencegah kenaikan harga untuk beberapa komoditas pangan. Diperkirakan, kenaikan harga daging, telur ayam dan cabai tidak bisa ditahan.
"Harga naik tetapi tidak signifikan. Masyarakat tidak perlu khawatir. Kami akan mengawal itu," janjinya.